pasang iklan anda (08975954969)

my facebook
Deskripsi Iklan

Selasa, 03 Juni 2014

makalah apresiasi seni rupa



APRESIASI KARYA SENI RUPA
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQk7OTlLd8-P24j4Zm0TFT-1l7mIbrcOj8K5jrsMEZ5Uh4BSEfU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seni Rupa pada semester empat (4)
Dosen Pembimbing : Moh. Fathurrahman, S.Pd, M.Sn


Disusun Oleh :
1.      Desi Amida                             (1401412354)
2.      Lely Medyawati                      (1401412483)
3.      Alifah Miftachurrochmah       (1401412589)
4.      Dian Anugraheni                     (1401412590)
5.      Novi Dyah Indriani                 (1401412591)
6.      Alifah Nur Oktaviana             (1401412596)
7.      Yenita Diah Kurniasih            (1401412603)
8.      Aryanto Indra Susilo              (1401412610)
Rombel 4E


Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
2014


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan ilmu serta limpahan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penegak risalah-Nya, semoga kita tetap menjadi umatnya hingga hari akhir nanti.
Makalah yang berjudul “Apresiasi Karya Seni Rupa” ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Seni Rupa yang diampu oleh bapak Moh. Fathurrahman, S.Pd, M.Sn.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada karya makalah ini. Oleh sebab itu Penulis menantikan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk penulisan yang akan datang.




Penyusun







DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.     Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan
A.    Apresiasi Seni Rupa.................................................................................. 2
B.     Seniman dan Karya Seni........................................................................... 3
C.     Unsur dan Prisip Seni Rupa...................................................................... 15
D.    Membina Apresiasi Seni pada Anak......................................................... 19
BAB III Penutup
A.    Kesimpulan................................................................................................ 21
B.     Saran.......................................................................................................... 21
Daftar Pustaka....................................................................................................... 22
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Apresiasi seni merupakan salah satu pembelajaran penting dalam pendidikan seni rupa. Maka dari itu, sangat penting bagi seorang guru untuk memberi pelajaran bagi siswa siswinya tentang apresiasi seni terutama seni rupa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu apresiasi seni rupa?
2.      Siapa itu seniman dan bagaimana karya seni itu?
3.      Apa saja unsur dan prinsip dalam seni rupa?
4.      Bagaimana cara membina apresiasi seni pada anak?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan ini yaitu :
1.      Mengetahui apa dan bagaimana apresiasi seni itu.
2.      Mengetahui tentang seniman dan karya seninya.
3.      Mengetahui unsur dan prinsip dalam seni rupa.
4.      Mengetahui cara membina apresiasi seni pada anak usia sekolah dasar.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Apresiasi Seni Rupa
Apresiasi
. Kata apresiasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin, yaitu appretiatus yang artinya “memberi putusan dengan rasa hormat sebagai cara untuk menghargai suatu keindahan karya seni.  “appreciatie”  (Belanda), “appreciation” (Ing), menurut kamus Inggris, “to appreciate”, yaitu bentuk kata kerja yang berarti: to judge the value of; understand or enjoy fully in the right way (Oxford), to estimate the quality of;  to estimate rightly;  to be sensitively aware of (Webster).     
Apresiasi Seni
Secara umum apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti, mengerti sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetika. Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara penikmat dan seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama artinya dengan menciptakan kembali. Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat "melek seni" sehingga dapat mencrima seni sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang lebih lengkap, apresiasi adalah kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi, menghayati sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni).
Kegiatan apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami berbagai hasil seni dengan segala permasalahannya serta terjadi lebih peka akan nilai-nilai estetika yang terkandung di dalamnya. Hal ini ditegaskan oleh Soedarso (1990:77) bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif  terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya.” Sementara itu Rollo May (Alisyahbana, 1983:81) menambahkan bahwa berapresiasi terhadap suatu kreasi baru atau hasil seni juga merupakan suatu tindakan kreatif.
Mengapresiasi karya seni itu penting sekali karena akan membuat hidup lebih nikmat, gembira, sehat. Bayangkan, bagaimana jika ada orang yang tidak mampu sekali menikmati karya seni (dalam arti luas, termasuk seni di luar seni rupa). Dalam kehidupan sehari-hari, secara disadari atau tidak, orang melakukan apresiasi pada tingkat tertentu: menonton pameran, mendengarkan musik, menonton film di TV, memilih motif kain dan sebagainya.
Apresiasi Seni Rupa
Apresiasi seni rupa digunakan untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap wawasan seni, meningkatkan kualitas ekspresi diri, dan meningkatkan pengenalan anak-anak terhadap seni dan budaya bangsa sendiri serta meningkatkan kepekaan estetik anak-anak.
Materi apresiasi seni rupa meliputi: karya seni, seniman dan penghayatan, riwayat beberapa seniman besar, beberapa aliran dalam seni rupa, unsur-unsur dan prinsip-prinsipseni rupa, sert membina kegiatan.

B.     Seniman dan Karya Seni
Berbicara tentang apresiasi seni rupa tidak bisa lepas dari pembicaraan mengenai tiga komponen seni yaitu karya seni, aktivitas penciptaan karya seni dan aktivitas penghayatan karya seni. Ketiga komponen ini biasa disebut “ Tri Tunggal Komponen Seni “. Arti ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya. Pembicaraan ketiga komponen ini memberikan kemungkinan arti dan atau kedudukan karya seni sebagai bentuk dan wadah ungkapan penciptaan dan pada gilirannya menjadi bahan renungan timbal balik dari penghayatannya.
1.      Batasan pengertian karya seni
Dilihat dari segi aktivitasnya, karya seni adalah hasil aktivitas ciptaan manusia. Kata-kata ciptaan menandai adanya suatu pengubahan ke dalam  bentuk baru. Karya seni bukan sekedar apa yang ditemukan manusia baik itu benda atau hasil penanganan  apa adanya kemudian dipajang, melainkan merupakan suatu ciptaan manusia yang telah  mendapat pengolahan fisik (mengenai teknik dan bahan) maupun mental/segi  isi (mengenai tata susunan unsur-unsur seni, visi atau ide pencipta).
Dilihat dari segi latar belakang proses pelahiran  karya seni, seni merupakan visi (pandangan) pribadi atau merupakan pandangan/wadah kehidupan batiniah pencipta.  Oleh karena itu, karya seni bukanlah sekedar wujud lahiriah  melulu, dan juga bukan sekedar perwujudan  kesan-kesan atau memori yang diangankan atau dipikirkan. lebih dari itu karya seni  membabarkan suatu  nilai tertentu.
Hal lain yang juga membedakan karya seni dan karya non seni adalah karya seni memiliki visi yang bernilai artistik, karena karya seni mengandung tatanan bentuk atau tatanan medium yang secara harmonis menyatupadukan unsur-unsur seni.
Berdasarkan uraian di atas karya seni menyangkut  hal-hal :
ü  karya seni merupakan hasil aktivitas ciptaan manuasi yang mengindifikasikan adanya perubahan bentuk baru.
ü  karya seni diciptakan dengan bahan dan teknik tertentu.
ü  karya seni merupakan visi pribadi dan menjadi wadah perasaan batiniah pencipta. karena mengandun g visi, maka karya seni memiliki  makna atau bernilai ungkap.
ü  karya seni adalah pembabaran pengalaman estetis pencipta, maka wujud seni bernilai artistik dan estetis.
ü  karya seni merupakan media komunikasi antara pencipta dan penghayat.
2.      Batasan pengertian seniman
Secara sederhana yang dikatakan seniman adalah orang yang ahli menciptakan karya seni. Hal ini  memberikan pengertian, bahwa tidak semua orang bisa disebut seniman.
Pertama, yang dikatan seniman adalah orang yang memiliki kelebihan dalam hal kepekaan atau sensibilitas, baik kepekaan yang berhubungan dengan apa yang ada di luar dirinya maupun kepekaan rasa indah yang  ada di dalam dirinya. Seorang seniman biasanya mudah  bereaksi terhadap lingkunngannya yang kemudian menjadi sarana  ide ciptaannya.
Kedua, yang dikatakan seniman adalah orang yang memiliki kemampuan mencipta. Menurut  De Bruyne pada dasarnya karya seni  merupakan perpaduan antara isi dan bentuk yang tidak dapat dipisahkan. isi merupakan pengalaman batiniah yang menggambarkan  proses ditemukannya ide hingga menuju lahirnyaa karya seni dalam wujud konkrit  sensual, bentuk merupakan tata susunan sensual dari hasil proses pengolahan  media yang terikat pada ruang dan waktu. Hal ini memberikan gambaran, bahwa seniman dalam menciptakan karya seni didasari adanya dua kemampuan yang berhubungan dengan aktivitas spiritual dan kemampuan yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
Seorang seniman untuk dapat mewujudkan karya seni tidak sekadar tahu mamfaat bahan dan peralatan yang akan dipakai, melainkan lebih dari itu. Kemampuan teknik  manual di dalam usaha memberi wujud kepada visi inilah yang disebut kemampuan fisik. Oleh karena itu , teknik yang digunakan seniman sulit dilaksanakan orang lain.
3.      Batasan pengertian penghayatan
Pada dasarnya semua orang yamg berhadapan dan melakukan komunikasi dengan karya seni disebut “ penghayat/apresiator”, baik orang awam, para ahli atau kritikus seni maupun seniman itu sendiri. Pengertian ini memberikan gambaran, bahwa penghayatan seni itu heterogen yaitu terdiri dari berbagai kelompok yang memiliki kualitas pandangan dan sikap yang berbeda-beda.
Dilihat dari segi cara menanggapi karya seni, penghayatan dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :
a.       Pertama, penghayatan yang menanggapi  karya seni dengan mata fisik. penghayatan ini hanya dilakukan dengan melihat dan mengamati apa yang tampak menurit hukum fisiologi  artinya hanya terbatas pada pengertian mengamati.
b.      Kedua, penghayatan yang menanggapi  karya seni dengan  mata psikis. Penghayatan ini tidak hannya melalui jangkauan indera mata, lebih dari itu sudah sampai pada pengamatan secara batin. Jadi walaupun penghayatan itu dilakukan dengan melihat melalui mata tetapi respons kita bisa berkembang ke berbagai cara dengan juga melibatkan respons fisis lainnya yaitu bisa sampai pada respons yang ada di seluruh tubuk kita.
Dilihat dari segi  sikap yang sebaiknya dimiliki penghayat dalam mengapresiasikan karya seni  ada tiga cakupan sikap.
a.       Pertama, sikap menghargai berarti  sikap tulus untuk menerima kehadiran karya-karya orang lain walaupun tidak cocok dengan aliran, pandangan atau selera pribadi. Seorang penghayat seni (apresiator) sebaiknya tidak bertindak  “a priori”, melainkan bersedia bertindak terbuka secara objektif.
b.      Kedua, sikap memahami berarti sikap bersedia mencari jawab  atas pertanyaan “mengapa demikian” bukan “apa”.
c.       Ketiga, sikap menikmati berarti sikap menentukan pilihan secara sensitif, suatu sikap mencari dan menemukan nilai-nilai estetis  yang terkandung dalam karya seni. Untuk itu sebaiknnya penghayat  memiliki  kepekaan estetis yang memungkinkan orang mampu tidaknya menikmati karya seni.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai rasa indah. Rasa indah ini bisa berkembang menjadi lebih sensitive  atau sebaliknya tidak berkembang atau menumpul. Perkembangan rasa indah ini sangat dipengaruhi  kondisi pribadi dan lingkungan. Untuk membina sensitifitas bisa dilakukan  dengan belajar, misalnya dengan berpartisipasi melihat pameran, berkarya, banyak membaca buku tentang seni dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud apresiasi adalah respons spesifikasi terhadap  karya seni yang disusun dalam pengalaman baru yang estetis.
4.      Hubungan seniman dan karya seni
Berbicara tentang seni tidak bisa lepas dari pembicaraan mengenai berbagai perilaku yang bertalian dengan keindahan, yang pada dasarnya mencakup kegiatan berkreasi dan kegiatan berapresiasi. Yang pertama, seni menjadi pedoman bagi pencipta, untuk mengekspresikan kreasi artistiknya  dan berdasarkan pengalaman mereka mampu memanipulasi kreasi arrtistiknya, mampu memanipulasi media guna menyajikan suatu karya seni. Kedua, seni member  pedoman pada penikmat untuk  menyerap karya seni, dan berdasarkan pengalamannya mereka dapat melakukan apresiasi dengan cara menyerap karya seni untuk menumbuhkan kesan-kesan estetik tertentu, demikian Mils (dalam Rohidi. 1993:9 ). Hal ini memberi gambaran bahwa karya seni merupakan sarana komunikasi antara pencipta dan penikmat.
Seniman sebagai kreator seni memiliki dorongan atau latar belakang yang bervariasi. Pada sisi lain yaitu proses pelahiran kreasi seni sangat memberi peluang bagi pengembangan pribadi pencipta. Inilah yang menyebabkan terwujudnya berbagai bentuk karya seni dalam gaya individu masing-masing pencipta.
Namun pada lingkungannya kelompok tertentu yang sudah  membentuk kebudayaan tertentu akan mewujudkan  karya seni yang mencerminkan kelompok tersebut yaitu ciri-ciri  umum yang mendasari  ciri-ciri pribadi pencipta. Dapatlah dikatakan perwujudan karya seni sebagai suatu kesatuan karya, dapat merupakan ekspresi yang bermatra individual, sosial maupun budaya. karya seni sebagai media ekspresi seniman  bisa berisi/bermuatan  sekedar pesan dalam ideom komunikasi sampai pada pesan perasaan yang lebih dalam dan kompleks. Karya seni juga bisa hanya sekedar hasil dulikasi hingga yang abstrak.
Sebagaimana uraian sebelumnya bagaimanapun wujud karya seni, ia merupakan wadah untuk  mengekspresikan pengalaman batiniah pencipta. Inilah hakikat hubungan seniman dan karya seni. Semakin dekatnya hubungan seniman dan karyanya yang tercermin dalam makna/nilai wujud  karya maupun perilaku dan pandangan-pandangannya akan mencerminkan pula kualitas nilai karyanya.
v  Beberapa Aliran Dalam Seni Rupa
No.
Nama Aliran
Pengertian Singkat
Tokoh-Tokoh
1
Romantik
Suatu aliran dalam seni rupa yang lebih mengutamakan perasaan daripada ratio, lebih mengutamakan gerak dramatis dengan teknik pewarnaan yang sangat indah, kurang memperhatikan anatomi-anatomi, anatomi tidak jelas
Eugene Delacroix Delaroche, Vernet, Raffet, Raden Saleh, Theodore Gericault
2
Realisme
Suatu aliran yang temanya lebih menitik beratkan pada faktor kenyataan, yaitu apa yang ada dalam dunia luar, dengan menitik beratkan pada karakteristik yang ada pada realita itu sendiri, pewarnaan tidak sesuai dengan alam yamg tampak.
Gustave Caurbet, Jean Francois Mullet, Honore Daumier, George Hendrik Breitner
3
Naturalisme
Suatu aliran yang menitikberatkan pada usaha melukiskan segala sesuatu sesuai natur atau alam. wujud karyannya dibuat setepat mungkin  sesuai dengan mata kita melihat gejala alam yang baik susunan, perbandingan keseimbangan, perspektif, watak permukaan, warna dsb.
Manet
4
Impressionisme
Aliran yang meninikberatkan adanya kesan mengenai pewarnaan, cahaya, bayang-bayang dan kesan yang terkandung di dalamnya. Sedangkan bentuk realita objek tidak dihiraukan sama sekali. Kesan sesaat inilah yabg dijadikan pedoman.
Monet. Renoir, Degas, Paul Cezanne, Paul Gauguin
5
Post Impressionisme
Aliran sesudah impressionisme dimana mereka melengkapi diri dengan perenungan  yang mendalam mengenai  problem sinar dan pewarnaan, tidak meninikberatkan pada kesan sesaat.
Paul Gezanne, Vincent Van Gogh, George Seurat
6
Neo Impressionisme
Suatu aliran yang lebih mengutamakan cahaya, dengan pewarnaan langsung pada kanvasnya.
Willem Maris, Paul Cezanne
7
Simbolisme
Suatu aliran yang lebih mengutamakan simbol atau lambang tertentu daripada objek yang dilukis, biasanya berpijak pada agama Hindu.
William Blake
8
Monumentalisme
Aliran mempunyai titik tolak  dari kepercayaan Mesir Kuno.
Piere Pauvis De Chanennes
9
Expressionisme
Dalam melukis aliran ini lebih menitikberatkan spontanitas dan greget yang disertai perasaan yang penuh daya konsentrasi tinggi dan penginderaan-penginderaan batin pada kanvas, dan komposisi serta garis yang mantap.
Cezanne, Gauguin Mdan Vincent Yan Gogh Sebagai Pelopornya
10
Fauisme
Aliran modern yang  timbul setelah aliran expresionisme, lebih bebas dari pewarnaan, garis maupun komposisi, dalam mengutarakan gagasan, spontanitas ke dalam lukisan. Melukis apa saja yang dikehendaki, tidak perlu mengartikan  apa yang dilukiskan.
Henri Rousseau, Henri Matisse, Paul Dufi, Khees Van Dongen, Yan Shuyter, Leo Gester
11
Kubisme
Bercirikan bentuk-bentuk kubus dan kotak-kotak yang dibangun atas dasar ilmu ukur dan berusaha untuk membebaskan  diri kaidah-kaidah akademis, baik  tentang pewarnaan maupun komposisinya.
Pablo Picasso, Braque, Faurie, Henri Matisse
12
Surreaslisme
Suatu aliran yang berusaha untuk menggambarkan aktivitas jiwa manusia dalam  keadaan yang bebas, dinamis belum terikat oleh aturan-aturan logika, etika, maupun estetika, penuh misteri, kerapkali membawa suasana yang menakutkan, dengan objek yang meleleh, meliuk laksana tak bertulang.
Salvadore Dali, Paul Klee, Mare Chagall
13
Dadaisme
Mengemukakan lukisan yang bersifat kanak-kanak. Bahwa ukuran keindahan  itu terletak sepenuhnya  pada pembawaan seseorang dengan ciri karya yang liar dan kadang-kadang tidak pantas. Aliran ini mencapai puncak di tahun 1920, pada suatu festival dasar mengenai puisi, lukisan, dan musik di Paris.
Paul Klee, Kurt Switters
14
Futurisme
Aliran yang menyukai segala sesuatu yang berbau teknik  atau kebisingan dan keributan, mereka memuja kecepatan dan tenaga perang, mereka banyak melukis pabrik, mesin-mesin  penggerak, kerja keras, perang perjuangan dan sebagainya. Pada dasarnya wujud karya lebih menekankan paga gambaran gerak.
F.T Marinetti, Umberto Bacioni, Marcel Duchamp, Carlo Carra, Buido Severini
15
Essensialisme
Bercirikan keseimbangan  kosmos-kosmos adalah merupakan suatu kesatuan daya angkat untuk berada ditempatnya masing-masing, tunduk pada hukum evolusi dan tidak dipaksakan.
Piet Mondrian. Van Der Luk
16
Absolutisme
Suatu aliran yang menitik beratkan paduan dan kesatuan aneka ragam warna, garis-garis maupun bidang dan tidak menurut aturan alam.
Wassily Kandisky
17
Decoratip
Suatu aliran dalam seni lukis yang lebih menitikberatkan pada keindahan warna, bidang maupun objek yang dilukiskan.

18
Primitivisme
Suatu aliran dalam seni rupa yang menghasilkan buah karya yang sangat sederhana, atau bisa, mempunyai kesan mistik, angker dan menakutkan.

19
Abstrak
Suatu aliran dalam seni lukis yang lebih menitikberatkan sesuatu yang tidak nyata. Aliran ini merupakan sebagian merupakan perkembangan lanjutan dari kubisme.
Piet Mondrian, Wassily Kandisky, J. Pollock. Broadway Boogie Woogie
20
Naïf Primitivisme
Suatu aliran yang menunjukkan sifat-sifat kekanakan dan primitif.
Henri Rousseau, Moris Utrillo
21
Optik Dan Kinetik (Cinetism)/Op Art
Suatu aliran yang mengutamakan sifat-sifat susunan geometris dengan selalu diulang-ulamg dan biasanya diatur rapi sehingga bisa mengecoh mata kita.
Victor Vasarely, Wolliam De Kooning, Andi Warhol
v  Beberapa Riwayat Seniman Dan Karya- Karyanya
1.       Raden Saleh ( Alm )
Raden Saleh Syarif Bustaman ( 1807 – 1880 ) adalah perintis seni rupa baru Indonesia. Lukisan Raden Saleh dikenal dengan gaya yang bergerak, adegan petualang atau adegan berdrama, seperti pada lukisan “Antara Hidup dan Mati” ( 1848 ) yang melukiskan perkelahian Bison dengan Singa, “. Berburu Banteng di Jawa” ( 1870 ), yang melukiskan pengendara-pengendara kuda menyerang seekor banteng, “Hutan Terbakar”, yang menggambarkan sejumlah binatang kebingungan oleh amukan api, “Banjir”, yang melukiskan orang ketakutan di tengah bencana alam dan lain-lain.
2.      S. Soedjojono ( Alm )
S. Soedjojono dilahirkan di Kisaran , Tebing Tinggi, Sumetera Utara. Sebagian besar orang mengatakan kira-kira beliau lahir sekitar tahun 1913. Beliau diberi tanda kehormatan sebagai bapak seni lukis Indonesia modern karena beliau sebagai orang yang dengan teguh dan keras mencoba merumuskan dasar-dasar dan cita-cita seni lukis Indonesia khususnya dan kesenian umumnya, telah tercatat dalam sejarah. Lukisan beliau yang sangat mengesankan adalah potret wanita “ di Muka Kelambu Terbuka ”. Lukisan ini bercerita tentang raut muka wanita yang penuh kerelaan, walupun menyimpan endapan derita yung terbaca pada air mukanya.
3.      Affandi
Affandi dilahirkan di Cirebon kurang lebih tahun 1910, anak dari R. Koesoema. Beliau dikatakan sebagai seniman yang menyandang predikat “Sang Maestro ”  dalam bidang seni lukis. Tema-tema lukisan beliau banyak menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari atau segala sesuatu yang dirasa dekat dengan beliau. Lukisan-lukisan beliau antara lain berjudul : Tiga Pengemis, Kandang Kerbau, Penyabung Ayam, Ibu, Saya dan Helfi, Jembatan Bamboo, Bunga Matahari dan sebagainnya.
4.      Otto Djaja
Ia dilahirkan di Rangkasbitung, Banten,  Jawa Barat pada tahun 1916. Sebuah lukisan yang berjudul “Pertemuan” merupakan karya masterpiece Otto Djaja. Lukisan ini menggambarkan pertemuan yang terjadi dalam sebuah kamar tidur, melukiskan dialog tanpa kata. Lukisan dia cenderung karikatur, hemat warna tetapi memiliki kedalaman tema
5.      Sapto Hudoyo
Lahir tahun 1925  di Solo. Pada awalnya ia lebih banyak membuat lukisan realistis. Pada perkembangan berikutnya ia cenderung menghasilkan lukisan kolase yaitu lukisan teknik temple dengan menggunakan bahan diantaranya seng dan aluminium. Jenis lukisan ini di Eropa biasa disebut “asemblij” (assemblage).  Ia juga banyak membuat karya batik, antara lain berjudul wanita dengan Klenting,,Wanita Pembawa Keranjang, Pahlawan, Dwi Sri dan sebagainya.
6.      Bagong Kussudiardjo
Lahir di Yogyakarta tahun 1928. Beberapa karyanya antara lain : Tulamg-Lulang Berserakan, Krawang Bekasi, Arisan, Waisak 78, Turun dari Salib, Pemandangan, Kerja di Pantai, Menanti Tamu, Bertemu Ibu Terhormat, Allah, Kawula Gusti dan sebagainya.

7.      Iwan Tirta
Ia seorang sarjana hukum lulusan UI pada tahun 1958. Dia pernah menulis naskah buku tentang ‘Batik, Pola dan Corak’.
8.      Akhmad Sadali
Ia lahir di Garut tahun 1924. Karya-karya sadali antara lain berjudul : “Sisa Emas pada Latar Gelap”, ”Coretan dan Goresan pada Bidang Tua”, “Bibtik-Bintik Emas pada Gumpalan yang Di Rumah” dan sebagainya.
9.       Fajar Sidik
Lahir di Surabaya tahun 1930. Wujud karyannya sepenuhnya menjadi objektif. Judul karyanya bernomor, semuanya bernama “Dinamika Keruangan”, “Dinamika Keruangan 2” dan seterusnya.
10.   Popo Iskandar
Popo Iskandar kelahiran Bandung 17 Desember 1929.  Pada periode awal karyanya cenderung ekspressionisme, namun pada tahun 1972 karya-karyanya menunjukkan gejala baru yaitu dengan makin ekonomisnya tarikan garis dan sederhananya penampilan perwujudan. Sebuah lukisannya berjudul “Bambu” berwujud goresan putih yang melengkung-lengkung di atas kanvas putih tampak sangat sederhana.
11.   A.D. Pirous
Lahir di Aceh tahun 1933. Karyanya berjudul “Ayam-ayam” dilukis dengan warna meriah, sangat menarik perhatian pengunjung. Sejak itulah ia memilih tema-tema “Gadis dengan Burung”, “Gadis dengan Kucing”, “Ayam”, dan saat itulah ia merasakan menemukan panggilan sebagai pelukis.
12.   Henry Moore
Dia dilahirkan di Castle Inggris, pada tahun 1898, berasal dari keluarga yang hidup dari hasil pertanian dan upah tambang.  Patung-patung karyanya adalah bertolak dari  dalam dirinya yang ditokohkan dengan semangat keagamaan yang dia hayati, disamping itu juga pengaruk dunia mistik dan alam yang tidak rasional banyak mempengaruhinya.
13.   Renoir
Nama lengkapnya adalah Pierre Aguste Renoir, dilahirkan pada tahun 1841 di Limouges, Perancis Tengah. dianntara lukisannya “Pendayung Perahu sedang Makan Siang”, “Wanita sedang Memetik Piano” dan “Dua Orang Gadis Sirkus”, adalah judul-judul yang terkenal.
14.   Vincent Van Gogh
Ia dilahirkan dari keluarga padri Belanda pada tahun 1853 dan meninggal dunia tahun 1890. Karya-karya Van Gogh antara lain ialah “Potret Seorang Perwira”, “Perahu-Perahu Mayang di Pantai Saint Marin”, “Lading Kubis”, dan sebagainya.
15.   Picasso
Nama lengkapnya adalah Pablo Picasso, ia dilahirkan di tahun 1881 di kota Malaga, Sanyol. Karya-karyanya antara lain “Guernica”, “Perkelahian Lembu Jantan”, “Penari Kerdil”, “Kamar Biru”, “Potret”, “Keluarga Akrobat dengan Kera”, “Anak Laki-Laki dengan Sebuah Pipa” dan sebagainya.
16.   Leonardo Da Vinci
Di dekat kota Florence, Italia dia dilahirkan yang tepatnya di tahun 1452 dan meninggal dunia tahun 1519. Ia banyak meninggalkan hasil karya sketsa yang bagitu indah dan beberapa lukisan yang membuat namanya melejet ke atas, seperti lukisan “Monalisa”.
17.   Michael Angelo
Dia dilahirkan di Capresse, Italia tahun 1475, dekat kota Florence dan usianya berakhir pada tahun 1564 di kota Roma. karyanga antara lain membuat patung “Pieta”, patung Daud dengan ukuran raksasa yang dibuat dari batu pualam, lukisan dinding kapel Sistene, dan lukisan “Pengadilan Terakhir”.

C.    Unsur dan Prinsip Seni Rupa
Unsur-unsur Seni Rupa meliputi:
1.      Titik /Bintik
Titik/bintik merupakan unsur dasar seni rupa yang terkecil. Semua wujud dihasilkan mulai dari titik. Titik dapat pula menjadi pusat perhatian, bila berkumpul atau berwarna beda.Titik yang membesar biasa disebut bintik.
2.      Garis
Garis dalam seni rupa mempunyai beberapa wujud dan bermacam-macam pula sifatnya. Hampir semua wujud karya seni rupa mengandung unsur garis. Garis yang kita amati pada karya seni rupa ada dua jenis yaitu daris nyata dan garis kesan.
a.       Garis nyata
Garis nyata adalah garis yang mudah dikenal seperti garis lurus, garis lengkung, bengkok, patah, bergelombang, dan sebagainya. Garis-garis yang bervariasi ini mempunyai karakter sendiri serta menyarankan suasana sendiri pula. Misalnya garis lengkung yang monoton dapat memberikan kesan tenang, garis lurus tebal memberi kesan keras, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika seseorang mahir memainkan garis, ia akan dapat menciptakan suasana yang bisa mempengaruhi orang.
b.      Garis kesan (garis pengikat)
Garis kesan pada kenyataannya tidak ada, tidak jelas, dan secara tergambarkan tidak terlihat. Garis ini lebih merupakan suatu ilusi/sugesti. Seperti terdapat pada batas-batas luar suatu bentuk atau ruang, atau batas bidang dengan bidang, atau antara batas warna.
3.      Bentuk
Perpotongan garis dengan garis akan menghasilkan bidang. Sedangkan bidang dengan bidang dapat menimbulkan bentuk. Bentuk juga ada yang mempunyai sifat nyata dan ada pula yang bersifat kesan. Bersifat nyata apabila bentuk tersebut terdapat pada karya seni rupa tiga dimensi. Jika pada karya seni rupa dua dimensi bentuk itu bersifat kesan. Misalnya, gambar bola/bulat pada bidang dua dimensi jika diraba ternyata tidak bulat. Sedangkan pada bentuk tiga ddimensi, bentuk bola/bulat bila diraba akan nyata bulat.
Bentuk atau bangun terdiri dari bentuk dua dimensi (pola) dan bentuk tiga dimensi. Bentuk dua dimensi dibuat dalam bidang datar dengan batas garis yang disebut kontur. Bentuk-bentuk itu antara lain segitiga, segi empat, trapezium dan lingkaran. Sedang bentuk tiga dimensi dibatasi oleh ruang yang mengelilinginya dan bentuk-bentuk itu antara lain limas, prisma, kerucut, dan silinder.
Sifat atau karakteristik dari tiap bentuk dapat memberikan kesankesan tersendiri seperti :
ü  Bentuk teratur kubus dan persegi, baik dalam dua atau tiga dimensi memberi kesan statis, stabil, dan formal. Bila menjulang tinggi sifatnya agung dan stabil.
ü  Bentuk lengkung bulat atau bola memberi kesan dinamis, labil dan bergerak.
ü  Bentuk segitiga runcing memberi kesan aktif, energik, tajam, dan mengarah.
Bentuk dalam seni rupa tiga dimensi, bentuk dikelompokkan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
ü  Bentuk Figuratif, adalah bentuk yang meniru wujud yang berasal dari alam seperi manusia, hewan, tumbuhan dan benda.
ü  Bentuk Abstraktif, adalah bentuk figuratif yang digayakan atau diubah bentuknya (stilasi). Contohnya wayang kulit/golek, topeng, dekorasi batik, dsb.
4.      Warna
Warna adalah salah satu unsur seni rupa yang paling mudah ditangkap oleh indera mata, jika terdapat cahaya. Warna juga merupakan salah satu unsur pokok dalam karya seni rupa karena segala sesuatu pengungkapan itu selalu menggunakan warna. Macam warna banyak sekali, tapi pada dasarnya warna itu ditimbulkan oleh tiga warna pokok yaitu merah, biru, dan kuning. Dari tiga warna itu timbul warna baru yang disebut warna sekunder. Merah dan biru menghasilkan warna ungu, merah dan ungu menghasilkan warna jingga, biru dan kuning menghasilkan warna hijau. Jika warna sekunder ini dicampurkan, akan menghasilkan warna tersier.
Warna-warna yang bervariasi tersebut mempunyai karakter dan menyarankan suasana yang berbeda. Misalnya, warna biru dan hijau dapat menimbulkan kesan dingin, tenang, segar, penuh kedamaian dan keadilan. Kesan warna bisa juga ditimbulkan dari kesan ketebalan dan ketipisan warna serta gradasi yang baik.
5.      Tekstur
Tekstur adalah sifat permukaan pada suatu benda. Sifat bahan ada yang nyata ada pula yang kesan. Tekstur yang bersifat kesan dapat kita amati pada gambar atau lukisan. Pada lukisan tekstur bersifat kesan karena jika diraba ternyata halus. Sedangkan tekstur yang bersifat nyata dapat kita lihat pada karya tiga dimensional, misalnya seni patung atau relief. Tekstur juga dapat memberi kesan ilusi pada mata. Tekstur kasar bisa memberi kesan kecil atau menciut, sedangkan tekstur halus bisa memberi kesan meluas atau melebar.
6.      Ruang
Pembentukan suatu ruang ditentukan oleh adanya massa, bentuk yang digubah/disusun. Ruang bagi pelukis lebih merupakan suatu ilusi/khayal, karena ia bekerja dengan bentuk dua dimensi. Sedangkan bagi pemahat dan arsitek, ruuang lebih banyak meruupakan suatu kenyataan karena ia bekerja dengan bentuk tiga dimensi. Ruang dapat disusun mencuat, melengkung, lengang, sepi, ribut, kacau, menerawang, membuka, dan sebagainya. Semuanya tergantung dari cara penyusunan bidang-bidang, garis, bentuk/massa.
7.      Cahaya
Cahaya juga memiliki sifat nyata dan kesan. Sifat nyata jika sumber cahaya itu benar-benar berasal dari benda alam seperti lampu, matahari, api, dan sebagainya. Sifat kesan terjadi jika cahaya itu hanya tampak sebagai gambaran, misalnya cahaya pada lukisan, gambar atau foto. Unsur cahaya diguunakan untuk menciptakan kesan gelap terang. Hal ini bisa dicapai dengan permainan nuansa warna ilmu bayang-bayang dalam perspektif.
Prinsip-prinsip Seni Rupa, meliputi :
1.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang. Prinsip ini sesungguhnya adalah prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai.
2.      Keseimbangan (Balance)
Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak membuat gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan yang akan roboh, kita measa tidak nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda jika semua dayan yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani.
3.      Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan –perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.
4.      Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk –bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak dedaunan, dan lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk –bentuk unsur rupa.
5.      Dominasi (Domination)
Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam karya seni dan deisan. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan . Sifat unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsure sebagai penarik dan pusat perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest, Focal Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu utnuk menarik perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.
6.      Emphasis
Upaya penampilan pada bagian tertentu dari karya Seni Rupa yang menarik perhatian dengan cara pengaturan posisi, perbedaan ukuran, perbedaan warna, atau unsur lain, dan pengaturan arah unsur-unsur.
7.      Harmoni/keselarasan
Adalah susunan unsur-unsur seni yang senada atau kombinasi dari bagian-bagian yang serasi.

D.    Membina Apresiasi Seni pada Anak
Peningkatan apresiasi dapat dilakukan dari tingkat dasar yang sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan teman-temannya, dilakukan guru di dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi merupakan gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan), melalui teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu karya.
Secara lebih luas, apresiasi dilakukan bukan hanya terhadap karya seni tetapi juga terhadap keindahan di alam. Siswa diajak “melihat” keindahan yang ada di mana-mana. Keindahan atau kemenarikan hasil karya ditunjukkan guru (lebih tepat: disarankan), dengan catatan bukan mutlak harus diterima siswa. Dengan banyaknya melihat unsur-unsur yang indah/artistik, maka terciptalah pola gambaran mental pada dirinya tentang apa-apa yang dianggap kebanyakan orang sebagai hal yang indah/seni. Selanjutnya ia akan memilih, hal-hal apa yang secara individual menarik bagi dirinya. Di sinilah letak kebebasan siswa untuk menerima atau menolak, menyenangi atau kurang menyenangi sesuatu yang memungkinkan dirinya memiliki kepekaan individual (sebagai apresiator) maupun gaya individual (jika ia berkarya).  
Menurut Lowenfeld (1982), diskusi tentang aspek-aspek desain (harmoni, keseimbangan, ritme, kesatuan, pusat perhatian, dsb) akan membentuk kesadaran anak terhadap kualitas baik-buruk karya seni dan dengan demikian apresiasi seni akan terbentuk. 
Hal-hal yang dibicarakan dalam diskusi tersebut meliputi antara lain :
1.      Judul-judul atau objek yang digambarkan: apa yang tampak, apa yang aneh, apa yang menarik. Pada tahap usia SD, yang disukai anak umumnya penggambaran secara visual yang “hidup”, bukan karya-karya abstrak atau yang memerlukan renungan mendalam. 
2.      Warna. Dipertanyakan mana yang disukai, mana warna yang kurang kuat (kabur), mana yang menurut mereka aneh atau ganjil.
3.      Penempatan. Dipertanyakan, bagaimana kesesuaian ukuran gambar dengan bidang gambar, distimulasi perlunya keseimbangan, untuk meningkatkan kepekaan komposisi.
4.      Pemanfaatan media. Dipertanyakan kemungkinan-kemungkinan teknik penggunaan media, sifat khas media serta cara-cara orang lain yang berhasil menggunakannya.
Perlu dikemukakan di sini bahwa pengembangan apresiasi seni untuk SD hendaknya lebih diutamakan secara terpadu dengan kegiatan praktek, jadi bukan tersendiri misalnya dua jam pelajaran memberi ceramah tentang macam-macam apresiasi seni. Anak dapat dibimbing untuk mendiskusikan karyanya sendiri atau mengapresiasi karya teman.


  
  

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Apresiasi tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran seni rupa. Dalam pembelajaran apresiasi seni rupa, guru maupun siswa diwajibkan mengetahui unsur-unsur dalam apresiasi seni yaitu :
1.      Seniman dan karya seni,
2.      Unsur-unsur seni rupa,
3.      Membina apresiasi seni rupa pada anak.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan guru itu mengetahui terlebih dahulu tentang seni rupa. Bahkan diharapkan mampu memahami dan menguasai tentang seni.


  


DAFTAR PUSTAKA

http://melihat-keindahan.blogspot.com/2013/11/apresiasi-seni-rupa.html
http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/11/pengertian-apresiasi-seni-rupa.html





3 komentar:

jangan lupa komen ia sob